OBESITAS = BANYAK PENYAKIT

Obesitas = Banyak Penyakit


Obesitas berarti memiliki kelebihan lemak dalam tubuh yang membuat kesehatan seseorang dalam bahayaObesitas disebabkan rasio jumlah kalori yang dimakan lebih besar daripada kalori yang dibakar. Kebiasaan makan, seberapa aktif, dan hal-hal lainnya mempengaruhi bagaimana tubuh menggunakan kalori. Keluarga juga berperan dalam masalah tersebut. Karena dari keluarga terbentuk pola makan, kebiasaan, dan gaya hidup.
“Pola hidup yang sibuk membuat seseorang seringkali merencanakan, memasak, serta menyantap makanan sehat. Lebih muda pergi ke restoran cepat saji, meski kandungan lemak dan kalorinya cukup tinggi, “ paparnya Dr. Arief Wibowo, Sp.PD.
Jadwal kerja yang padat menjadikan waktu untuk berolahraga hampir tidak ada atau menjadi sedikit sekali. Sebagai akibat dari pola dan gaya hidup demikian, berat badan terus bertambah. Terjadilah kelebihan berat badan hingga obesitas.
Pengaruh obesitas terhadap kesehatan ini bergantung pada jenis kelamin, usia, penyebaran lemak tubuh, dan aktifitas fisik. Hanya saja, mereka dengan obesitas memiliki resiko lebih tinggi untuk penyakit.
“Seperti diabetes tipe-2, penyakit jantung, hipertensi, arthritis, berhenti nafas saat tidur, dan stroke meningkat,” imbuh dokter spesialis penyakit dalam dari RS Sahid Sahirman, Jakarta ini.
– Diabetes tipe-2
Diabetes tipe-2 terjadi sebagai akibat sel-sel tubuh yang resistensi terhadap insulin. Kelenjar pankreas tidak dapat membuat cukup insulin. Akhirnya kadar gula darah meninggi. Insulin adalah hormon yang membantu sel tubuh mendapatkan energi yang dibutuhkan dari gula. Insulin tidak dapat melakukan tugasnya bila terlalu banyak gula yang menumpuk di dalam darah. Sejalan dengan waktu, timbunan gula dalam darah dapat menyebabkan komplikasi atau masalah dengan mata, jantung, saraf, dan lain sebagainya. Namun, diabetes tipe-2 dapat dicegah atau ditunda bila seseorang mempertahankan berat badan sehat dan berolahraga secara teratur.
– Hipertensi
Gangguan hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke. Obesitas juga menjadi factor resiko hipertensi, selain merokok, terlalu banyak minum alcohol, dan riwayat keluarga.
– Hiperkolesterolemia
Terjadi bila kadar kolesterol abnormal. Ditandai kdar LDL (lemak jahat) tinggi atau HDL (lemak baik) rendah, dan menjadi faktor resiko utama penyakit jantung dan stroke. Pola makan tidak sehat dapat menjadi resiko kolesterol tinggi. Meski demikian, kadar kolesterol yang tinggi dalam darah juga bisa merupakan genetik di dalam keluarga. Karena itu, diet rendah kolesterol perlu diterapkan guna membantu menurunkan kadar kolesterol.
– Penyakit Jantung Koroner (PJK)
PJK terjadi akibat akumulasi plak dalam dinding arteri koroner jantung yang memasok otot jantung dengan oksigen dan nutrisi. Obesitas dan kolesterol tinggi, hipertensi, serta merokok menjadi factor resiko PJK.
– Stroke
Kerusakan otak yang disebabkan oleh tersumbat nya pembuluh darah atau pendarahan di otak. Faktor resiko stroke adalah obesitas, kolesterol tinggi, dan hipertensi. Melihat sedemikian banyak resiko obesitas, Dr. Arief menganjurkan mereka yang mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan.
“Turunkan 10 persen dari berat badan anda sekitar 0,5-1 kg per pekan sebagai target pertama. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan sebanyak 10 persen dapat menurunkan resiko penyakit degeneratif,” kata anggota Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Jakarta ini.
Pertahankan penurunan berat badan yang sedikit daripada berat badan turun banyak dan kemudian dengan cepat kembali naik. Caranya dengan tetap menyeimbangkan pola makan dan aktifitas fisik. Memang, kendalanya, tak sedikit di antara mereka dengan obesitas merasa sulit mengubah kebiasaan makan dan berolahraga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar